Al-Qur'an dan As-Sunnah memberi perhatian
yang sangat besar terhadap lidah dan ucapan. Ini
terlihat dari pesan-pesannya yang menganjurkan
agar menggunakannya dalam segala bentuk
kebaikan dan memperingatkan agar tidak
menggunakannya dalam segala macam
kejahatan.
ALLAH swt. menerangkan urgensi kata-kata
yangdiucapkan oleh manusia dalam firman-Nya
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas
yang selalu hadir. (Qaaf : 18)
ALLAH juga memperingatkan agar manusia
berhati-hati menggunakan lisan dalam hal-hal
yang tidak diketahuinya, ALLAH swt. Berfirman:
(ingatlah) di waktu kamu menerima berita
bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu
katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu
ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi
ALLAH adalah besar. (An nuur : 15)
Selain itu ALLAH juga menjelaskan beberapa
jalan kebaikan yang harus ditempuh oleh lisan
dalam firman-Nya :
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-
bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang
yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan
perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa
yang berbuat demikian karena mencari
keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi
kepadanya pahala yang besar. (An nisaa' :114)
Mengingat kedudukan ucapan di dalam Islam
begitu tinggi, penting, dan cakupannya sangat
luas, Rasulullah saw. menjelaskannya dalam
sebuah hadits yang diriwayat¬can oleh Abu
Hurairah r.a. (dalam kitab ash-Shahiihain) -ahwa
Ras.ulullah saw. Bersabda:
ّنإ لجّرلا مّلكتيل ةملكلب نّيبتيام اهيف
ّلزي اهب يف نيبامدعبأرّانلا قرشملا
برغملاو
“Seseorang berbicara dengan suatu kalimat
tanpa disertai kejelasan (bukti)oleh karena
ucapannya itu, ia jatuh ke dalam neraka yang
jaraknya lebih jauh dari jarak timur dan barat. "
Diriwayatkan oleh Bukhari no. 6477, kitab ar-
raqaaq, Bab hifdzil lisaan dan Muslim no. 2988
kitab zuhud, bab takallum bil kalimah yahwii
bihaa fin naar.
Saudaraku, coba simak dan renungkan kembali
pernyataan Rasulullah saw., "Berbicara dengan
suatu kalimat tanpa disertai kejelasan (bukti)."
Dari sini, engkau tahu besarnya nikmat lisan dan
kewajiban menjaga dan meliharanya, sehingga
hanya mengucapkan yang benar. jika tidak ada
yang perlu diucapkan hendaknya diam, seperti
yang dijelaskan oleh Rasulullah ¬dalam sebuah
hadits shahih :
نم ناك نمؤي اب هللا مويلاو رخالا لقيلف
ريخ تمصيلوأ
"Barangsiapa yang beriman kepada ALLAH dan
hari akhir,hendaknya berbicara yang baik atau
diam. "
(HR Bukhari no. hadits 6135. Kitab al-adab bab
ikraamidh- dhaif wa khidmatih dan Muslim, vol.
1 hlm. 69, no. hadits 48 Kitab al-iimaan, Baab al-
hats 'ala ikraamil jaar wadh dhaif.)
Imam Ahmad dan para penyusun kitab as-
Sunan meriwayatkan sebuah hadits panjang
bahwa Mu'adz bin Jabal menemui Nabi saw. dan
berkata,
"Tunjukkan kepadaku suatu perbuatan yang
akan mem¬buatku masuk surga." Rasulullah
saw menjawab, "...Engkau harus menjaga ini
sambil menunjuk ke arah lidahnya." Mu'adz
mengulangi lagi pertanyaan yang sama, maka
Rasulullah saw. bersabda, "Celaka engkau
Mu'adz, bukan¬kah manusia itu tersungkur di
dalam neraka hanya karena akibat dari ucapan
mereka. Tirmidzi berkata, "Hadits ini adalah
hadits hasan shahih.
Diriwayatkan oleh Ahmad, vol. 5 him. 231, 236
dan 237, Tirmidzi, vol. 5 hlm. 13, no. hadits
2616. Kitaab al-iimaan, Baab maa jaa'a fii
hurmatis shalaah, dan Ibnu Majah, vol. 2 him.
1315, no. hadits 3973. Iiitaab al-fitan, Bab kaffil
lisaan fil fitnah
Generasi salafus saleh rahimahumullah, sangat
mengerti besarnya arti dan urgensi anggota
tubuh yang satu ini, sehingga mereka
menjaganya dengan baik dan sangat thawatir
bila ia akan menjerumuskan mereka pada
kebinasaan.
Pada suatu saat, Abu Bakar r.a. memegang
lidahnya seraya berkata, "Inilah yang bisa
menjerumuskanku ke dalam malapetaka."
Ibnu Abbas r.a. juga pernah menarik lidahnya
seraya berkata, "Awas! Katakanlah yang baik
niscaya engkau ber¬untung dan diamlah dari
yang buruk niscaya engkau selamat. Jika tidak,
ketahuilah engkau akan menyesal." mendengar
pernyataan ini, ada yang bertanya, "Hai Ibnu
Ibbas, kenapa engkau berkata begitu?" Ibnu
Abbas menjawab, "Aku mendapat berita bahwa
pada hari kiamat tidak ada satu anggota tubuh
yang lebih menyesakkan dan membuat marah
manusia daripada lidahnya, kecuali bagi orang
yang mengatakan kebaikan atau mendiktekan
kebaikan."
Umar ibnul Khaththab r.a. berkata, "Barangsiapa
banyak berbicara, maka banyak kesalahannya;
barangsiapa banyak kesalahan, maka banyak
dosanya, barangsiapa banyak dosa, maka
neraka adalah tempat yang lebih pantas
untuknya."
Hasan al-Bashri berkata, "Lidah adalah pemimpin
¬badan. Jika dia menganiaya anggotanya sekecil
apapun maka seluruh anggotanya berdosa, dan
jika menjaganya maka seluruh anggotanya juga
terjaga."
Seyogianya kita meneladani sikap generasi salaf
seperti diterangkan di atas dalam menjaga lisan,
sehingga memperhitungkan ucapan dengan
cermat dan jika kelua¬r dari mulut, maka benar-
benar pada tempatnya.
Adakalanya manusia menyesal karena diam, tapi
penyesalan akan lebih besar jika dia
mengucapkan sesuatu yang merugikan, seperti
berbicara tentang kebatilan dan ucapan yang sia-
sia sperti prosa berikut ini
"Pertimbangkanlah ucapanmu saat bicara
Dan jangan jadi orang yang banyak bicara
Mungkin engkau akan menyesal satu kali karena
diam
Tapi karena bicara engkau akan berkali-kali
menyesal"
Oleh sebab itu, ALLAH swt. melarang manusia
agar tidak berbicara tentang kebatilan dalam
segala bentuknya. Berada di urutan pertama
ucapan yang tidak berguna ini adalah ucapan
yang mengandung unsur mempermainkan
ALLAH swt., atau Rasulullah saw., atau agama
dan ajaran-ajarannya. Atau, orang-orang yang
menyeru kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran, terutama para ulama dan da ’i.
ALLAH swt. menerangkan ciri-ciri orang-orang
kafir yang mempermainkan agama dan
penganutnya yang taat dalam firman-Nya :
64.Orang-orang yang munafik itu takut akan
diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang
menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati
mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah
ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-
Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan
apa yang kamu takuti itu.
65. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka
(tentang .apa yang mereka lakukan itu), tentulah
mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami
hanyalah bersenda gurau dan bermain-main
saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-
ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-
olok?"
66. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu
kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan
segolongan kamu (lantaran mereka taubat),
niscaya Kami akan mengazab golongan (yang
lain) disebabkan mereka adalah orang-orang
yang selalu berbuat dosa.
(attaubah:64-66)
Contoh ucapan batil yang tidak berguna lainnya
adalah mempermainkan dan mengejek manusia,
mencoreng kehormatan, membeberkan
kejelekan orang lain (tanpa sebab syar ’i) dan
mengadu domba, melontarkan kata-kata kotor,
menipu dan berbohong, mencaci dan memaki,
menyebarkan ungkapan porno, mencari-cari
kesalahan dan membicarakannya dengan tanpa
beban, dan mencela kekurangan dalam hal pisik
maupun akhlak. Semua itu merupakan penyakit
yang sangat berbahaya. Sekali lidah jatuh ke
dalamnya, maka ia akan binasa. Diriwayatkan
dalam kitab Musnad Imam Ahmad rahimahullah
bahwa Rasulullah saw. bersabda
"Jangan sakiti hamba-hamba ALLAH. Jangan
permalukan mereka dan jangan mencari-cari aib
mereka, karena sesungguhnya, barangsiapa
yang mencari-cari aib saudaranya, maka ALLAH
akan mencari aibnya, lalu membongkarnya di
dalam rumahnya sendiri".
Diriwayatkan oleh Imam P.hmad dalam kitab al-
Musnad, vol. 5 hlm. 279
Semoga ALLAH mengasihi orang yang
mengatakan bait puisi berikut ini.
"Jagalah lidahmu agar tidak menyebut aib
seseorang.
Karena dirimu penuh dengan aib dan semua
manusia punya lidah
Jika matamu melihat kesalahan-kesalahan orang
lain.
Jagalah dan katakan, 'Hai mata, semua orang
juga punya mata
Salah satu tanda keberuntungan dan
kesempurnaan seorang muslim adalah mampu
menggunakan alat yang sensitif ini dengan baik
dan mengucapkan kata-kata yang bermanfaat
untuk kebaikan diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat, serta berguna untuk agama. Jika kita
cermati dakwah kepada kebaikan, mendamaikan
antara dua pihak yangng bertikai, memberi
bimbingan untuk melakukan hal-hal yang terpuji,
mengarahkan masyarakat kepada aktivitas-
aktivitas yang bermanfaat, memberi nasihat, dan
meluruskan perilaku kaum muslimin, maka kita
dapat melakukannya, baik dengan ucapan
verbal, maupun melalui tulisan, program radio,
dan surat kabar. ALLAH swt. berfirman:
33. Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang
yang menyerah diri?" (Fushsilat:33)
Bila kau cermati kondisi nyata kebanyakan orang
yangq ada di sekeliling kita, engkau akan terkejut
dengan begitu banyaknya penggunaan lisan
dalam pembicaraan yang tidak berguna. Apakah
engkau tidak merasa ngeri melihat banyaknya
cerita yang diterbitkan? Tidakkah engkau merasa
takut akan perbincangan yang disebarkan melalui
radio dan surat kabar, serta obrolan dalam
sekian banyak kesempatan yang sarat dengan
ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), adu
domba, percekcokan dan perpecahan, mencari-
cari kelemahan dan kepura-puraan yang kasat
mata? Apakah kamu tidak takut akan berbagai
bentuk pembicaraan haram dan terlarang
lainnya?
Apakah orang yang menulis suatu ungkapan
tidak pernah merasa takut, bila tulisannya akan
menyesatkan sekian banyak manusia, baik yang
ditulis dalam buku, surat kabar, majalah maupun
media lainnya ? Apakah orang yang meng¬hadiri
suatu pertemuan tidak merasa jerih saat lidahnya
mencoreng kehomatan fulan atau fulan (gosip)?
Apalagi jika yang tercoreng seorang ulama dan
orang sholeh
Apakah orang-orang tidak takut lagi untuk
menipu, memberi kesaksian palsu dan
berbohong? Apakah orang¬orang seperti itu dan
lainnya, tidak pernah takut jika kata-¬kata yang
terlontar dari lidahnya akan menjerumuskan
mereka ke dasar neraka yang jaraknya ditempuh
dalam 70 tahun? Seharusnya, mereka
merenungkar. firman ALLAH 'Azza wa Jalla
berikut ini.
18. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas
yang selalu hadir.
Saudaraku kaum muslimin, sungguh,
merupakan kerugian yang sangat besar jika
manusia tidak dapat menggunakan lidah untuk
mendukungnya melakukan ketaatan kepada
ALLAH, mengerjakan sekian banyak kebaikan,
meraih pahala, dan meningkatkan derajatnya di
sisi ALLAH.
Semoga ALLAH swt. menjadikan kita termasuk
orang-orang yang semua anggota tubuhnya
memberikan kes¬aksian baik pada hari kiamat
dan tidak memberi ke¬saksian buruk. Saya juga
memohon kepada ALLAH agar kita diberi
keikhlasan dalam ucapan dan perbuatan,
mendapat ampunan, diberi kesehatan, dan
keselamatan yang kekal di dunia dan akhirat.
Sesungguhnya, ALLAH Maha Mendengar dan
Maha Mengabulkan, dan hanya Kepada-Nya kita
memohon pertolongan.